Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Sabtu, 15 Desember 2012

Perjalanan di kereta matarmaja Jakarta-Malang

Dear diary dan pembaca blog saya :)

Siang itu saya berangkat ke kampung halaman saya. Terbayang sebuah desa dingin dan tenang, sungai mengalir di sebelah rumah, penduduk yang ramah, dan udara sejuk tanpa polusi. hakkkk! saya masih di Jakarta, panas kerontang, penduduk yang angkuh, bau pengap polusi dan suara bajaj dimana-mana. Pukul 12:00 saya menjamak sholat dzuhur dan ashar, kemudian berdoa supaya perjalanan sendirian ini mendapat perlindungan Tuhan.

Berangkat!!! ^__^

30 November 2012, Pukul 13.00 naik bajaj ke stasiun pasar senen dengan harga Rp.20.000 (perjanjian sopir bajaj yg bayar karcis kendaraan). Lumayan cepat lah sampai stasiun cuman geter-geter cinta eh bajajnya masih agak terasa aja pas turun.

berbekal kertas ini (tiket pesanan dari alfamart tujuan pasar senen-sumberpucung)yang harus saya tukarkan di loket pemesanan.
Tampak para penumpang mengantri di depan saya dengan tujuan yang sama. Terdengar sayup-sayup rayuan maut calo, mereka mulai dengan bertanya-tanya apakah diantara kami ada yang belum mendapatkan tiket. (ya pasti sudahlah orang tinggal di tukar)

Saatnya bergegas ke dalam stasiun. Ternyata sekarang berbeda dengan terakhir saya ke sana. Penumpang tidak diijinkan masuk ke dalam stasiun sebelum gerbang benar-benar di buka untuk penumpang kereta tertentu. Jadilah penumpang di luar "keleleran" plus kelalern hehe duduk-duduk tidak beraturan di selasar stasiun, menyedihkan.

Saya sempat bertanya kepada seorang kurir barang tentang prosedur masuk, lewat mana, kapan gerbang dibuka *maklum bingung sendirian hehe.
Jadilah seorang kurir itu membawakan tas jinjing saya dengan upah Rp.5000 plus gerutuannya (karena sebenarnya saya ogah-ogahan menerima tawarannya, orang bawaan saya gak berat-berat amat kok, ucapan terimakasih saja lah karena sudah mau saya tanya-tanya :p) Jangan ditanya perlakuannya setelah itu, tas saya di geletakkan di kursi tunggu di dalam tanpa di bawakan ke dalam gerbong.
Sebelum masuk setiap penumpang dicocokkan tanda pengenalnya dengan kartu tanda pengenalnya, so jangan lupa bawa KTP, passport, dll.

inilah pemandangan di luar stasiun


Di dalam stasiun. sepi! (ah foto yg saya ambil hilang :( )
ya sepi, karena penumpang tidak diijinkan masuk sebelum waktunya dan tidak boleh ada pengantar yang ikut masuk. Kebetulan saya mendapat gerbong paling depan dari kereta ekonomi matarmaja ini karena tiket saya berlabel AC (bukan angin cendela lho yaaa), asik nih, dalam bayangan saya adalah penumpang borju seperti ketika naik gajayana dulu, dingin menggigit, kursi empuk, meskipun saya yakin tidak akan seperti gayana.
Aissshhh, penumpangnya pun keliatan elit, tampak seorang cowo berkulit bersih dengan tas ransel dan headphone super nyantel di lehernya. Ada juga bapak-bapak bertopi papa t bob sedang menyedot cerutunya klepas klepus sambil melihat rel yang masih kosong.

tak lama kereta saya datang




waw...... apa? eh? lho? ternyata inilah matarmaja ekonomi AC, gerbong yang sama dengan ekonomi biasa, tetapi dengan kaca di tutup permanen (kait pembuka dihilangkan), tirai, dan beberapa AC di pasang di tengah gerbong disiasati dengan membuat kotak AC lalu di ikat lagi dengan tali rafia plus pengharum rungan sachetan yang di gantung di dekatnya.
plok plok plok plok! saya sangat apresiatif dengan ide ini. Tapi ini lucu kawan, harga yang berbeda sebesar Rp.160.000 sementara yang tanpa AC Rp.51.000 saya pikir akan menghasilkan perubahan signifikan. no way! pffft. Sudah pasti seandainya kemarin tiket ekonomi bisa dibeli dengan online melalui alfamart saya akan memilih yang biasa saja, sampainya juga barengan kan satu rangkaian kereta -..-

Di dalam kereta.
Inilah kereta yg dari kecil selalu saya naiki jika ke Jakarta atau pulang ke Malang. Awal perjalanan saya sangat antusias melihat sosok Jakarta pinggir rel kereta. Karena saya  orangnya gampang trenyuh (gak mau di sebut cengeng ihik :') hehehee) saya sempat berkaca-kaca melihat rumah-rumah kardus pinggir rel, anak-anak jalanan dengan baju lusuh menatap kereta dengan nanar meskipun teman-temannya yang lain tampak tidak peduli mungkin karena setiap hari juga kereta lewat.
Kemudian saya kembali membaca buku tentanga perjalanan ke Eropa, ini bukunya

Bosan membaca buku ya dengerin musik, lalu spik spik nyapa penumpang depan dan samping. S
Tempat duduk di kereta ini sangat rapat, terdiri dari 3 dan 2 tempat duduk berhadapan. Mau tidak mau sesama penumpang pasti akan bertegur sapa, minimal kaki lah yang bertegur sapa karena senggol senggolan.
Perjalanan sepanjang malam akhirnya saya dijadikan nara sumber untuk konsultai berbagai masalah kesehatan oleh seorang pekerja di pertambangan minyak, seorang pekerja TV, Ibu pemilik warung makan yang berhasil menyekolahkan 5 anaknya sampai lulus kuliah, dan seorang bapak pensiunan yang telah terpasang 5 ring di pembuluh darah jantungnya. Untungnya saya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, gak percuma ya kuliah 5 tahun hehehe.

Pas malam... yah tidur gak nyenyak makan pun tak enak :p gak ding, kalo makan sih enak-enak aja, bekal dari rumah ludes pas habis magrib. Hiruk pikuk penjaja nasi, kopi, dan popmie menemani hingga terbangun lagi. Mereka adalah orang-orang yg tak kenal lelah mengais rejeki di dalam kereta sepanjang hari hingga pagi mengikuti kemana arah kereta pergi.

























Pagi-pagi ketika matahari terbit, subhanallah.... indah banget, matahari menyembul di balik pepohonan sepanjang tepian sawah-sawang hijau yang membentang, cahanya menelusup melalui celah-celah dedaunan lalu berpendar ke seantero bumi, perlahan, semakin terang, semakin terang,...
romantisme pagi... sampai ketika Tuhan menunjukkan dengan cahayanya dengan jelas, hamparan rizki bernama tanah, pepohonan, air, udara. Di dalam sini semua orang sedang letih-letihnya duduk dalam sebuah kendaraan "reot" yang seharusnya masuk dalam keajaiban dunia nomer 8 perjalanan panjang Jakarta-Malang yang di tempuh dengan waktu 16 jam!

Inilah kasih sayang Allah.... :)



Akhirnya saya harus bersiap untuk turun ketika kereta memasuki terowongan karangkates, sebuah terowongan kereta yang sangat panjang dan gelap. Berada didalamnya serasa waktu menjadi kembali malam. Terowongan ini sangat panjang, konon di bangun pada jaman belanda dan telah memakan banyak korban selama pembangunannya dan terkesan angker. ah saya tidak mau bicara hal-hal angker, saya hanya ingin menikmati keindahan. Cukuplah kita berlindung pada Allah, hanya Dia yang patut di takuti dan hanya pada-Nya semua makhluk tunduk. eh kenapa saya jadi ceramah :p


Baiklah.. tas jinjing sudah saya turunkan dan tas punggung sudah siap, nanti jika sudah terlihat bendungan karangkates saya akan menuju pintu. Ketika saya duduk seorang penjaja buku meletakkan buku-bukunya di samping tempat duduk saya. Saya sempat lihat-lihat judulnya, kurang menarik buat saya, harganya masing-masing lima ribuan di tempel di atasnya. Saya kembalikan lagi tentunya. Sampai akhirnya... lho! penjualnya kok mirip sama teman sd dan smp saya! lalu saya sapa dia "dian", laki-laki pennjual buku itu tertegun menatap saya sepertinya sedang memutar otaknya mencari folder wajah saya. "eh vinda ya?" ucapnya berbinar dengan serentengan gigi di pajang lebar. "iyaa, km masih ingat saya? gimana kabar sudah punya anak berapa," lalu saya mengulurkan tangan untuk bersalaman. Selanjutnya dia bercerita punya anak satu, memuji saya langsing sekali (penting ini! haha), dan bertanya saya di Jakarta ngapain dan kerja jadi buruh apa. Saya cekikikan dalam hati sambil ngaku di Jakarta jadi buruh di pabrik pengalengan kerang (emang ada ya?) hihi :D
baiklah kawan, saya akan bercerita tentang teman sd ini dalam bahasan lengkap yang berbeda karena ternyata saya bertemu dia lagi ketika pulang, kebetulan sekali.

lalu saya pun turun dari kereta, naik becak ke rumah mbah.... ah.... leganya, perasaan saya campur aduk akan melihat mbah. Seperti apa mereka sekarang, sudah semakin tua kah? :')

home sweet home....


















































































tunggu lanjutan perjalanan saya yaaaa! see you