Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Selasa, 14 Juni 2011

pagi terindah...


Manis.
Hening.
Bening.
Berbisik.
Lembut.
Melindungi.
Meninggikan.
Mendoakan.
Meminta.
Menyakiti.
Menyenangkan.
Menggelorakan.
Mencengkeram.
Apa selanjutnya sayang?

Apakah kita akan berhenti?


Pada suatu saat di mana kita berhenti.
Memandang ke belakang.
Dan memberi salam.
(Mesra tapi sayu).
Masa lampau adalah seperti mimpi
Terlupa dan berat menarik ke belakang.
Terkadang kecewa.
Yang hilang, semua hilang.
Seperti Usus yang lenyap kelemasan.
Dan kecewa seperti Asvius yang patah hati.
Kamasakan, dan juga kenaifan.
Keberanian dan penghianatan.
Apakah kita bisa bicara tentang nilai-nilai?
Sebelum dewasa?

(Soe Hok Gie, 1961)

Rasionalisasi dan Normalisasi Persepsi Nilai-Nilai Gamelan Jawa

"Ku tempa diriku menjadi gamelan, mungkin dia datang sebagai nayagan..."




Sejak memasuki Universitas Indoesia dan memilih mata kuliah MPKT seni pada semester-semester awal dulu, aku jatuh cinta dengan alunan gamelan. menurutku gamelan itu suaranya sangat mewah. Banyak filosofi yang terkandug di dalamnya....

Di abad kedua puluh satu ini utamanya manusia lebih meyorot pada perkembangan teknologi selain juga hal lain tergantung kecenderungan masyarakat tertentu untuk lebih condong pada permasalahan lainnya. Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam (Dikutip dari http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-cultural-performance/gamelan-show). Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.Gamelan Jawa sesungguhnya memberikan sisi lain dari sebuah tema yang patut disoroti. Betapa gamelan Jawa saat ini berusaha untuk eksis ditengah maraknya musik alternatif.

Gamelan jawa adalah sebuah wujud eksistensi budaya Indonesia. Gamelan jawa merupakan salah satu corak atau jenis gamelan yang ada di Jawa Tengah dan Jawa bagian Timur. Irama musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa akan segera menyapa dan menenangkan jiwa begitu didengar Keberadaan seni gamelan jawa ini bagi masyarakat Jawa memiliki nilai filosofis yang mengakar pada keindahan, seni kehidupan, dan spiritual. Sebab keindahan secara bahasa berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Seni merupakan persoalan nilai dan penilaian. Sementara nilai keindahan menurut Alexander Baumgarten (Jerman) adalah keseluruhan yang yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri. Sedangkan nilai spiritual memiliki hubungan dengan sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan sakral, suci, dan agung (Hasyim, Husmiaty, dkk. Modul II MPKT, Akhlak, Budi Pekerti, dan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok: 2007). Kaitan antara ekspresi seni yang ada di dalam alunan gamelan dengan keindahan dan spiritual termaktub dalam paradigma budaya yang lahir dalam masyarakat Jawa.

Nilai keindahan yang ada dalam alunan gamelan jawa tidak lepas dari unsur spiritual itu sendiri. Dalam masa perkembangan Islam di Jawa, gamelan merupakan sarana akulturasi antara nilai yang terkandung dalam pesan budaya dengan nilai Islam. Seni di manfaatkan sebagai media transformasi nilai agama dan pemahaman yang empirik, misalnya pada syair-syairnya. Nilai spiritual yang ada pada gamelan selama ini juga diidentikkan dengan kemistisan yang terkandung dalam perangkat gamelan dan misteri dari setiap alunan nadanya. Nilai spiritual merupakan nilai tertinggi dan bersifat mutlak karena bersumber pada Tuhan Yang Maha Esa (Notonagoro, 1988). Segala hal yang berhubungan dengan mistis yang ada pada gamelan misalnya: perlunya membuat sesaji sebelum pementasan, larangan melangkahi perangkat gamelan, ataupun perlunya memandikan gamelan dalam waktu-waktu tertentu tidak hanya membutuhkan rasionalisasi, namun juga normalisasi persepsi.

Rasionalisasi tidak sama dengan normalisasi persepsi. Rasionalisasi lebih kearah pendapat yang saat ini cukup emansipatoris mencari pembenaran akan hal-hal yang berhubungan dengan nilai tertentu (mistis misalnya). Max Horkheimer dalam kritiknya terhadap masyarakat modern menyatakan bahwa usaha manusia modern untuk merasionalisasikan tatanan atau sistem sosial baru yang lebih baik dan efisien, ternyata telah menciptakan suatu bentuk irasionalitas baru yang menyebabkan berada pada kondisi “kesadaran palsu”. Sedangkan normalisasi persepsi akan tergantung pada sudut pandang seseorang.

Rasionalisasi dari penggunaan sesaji sebelum pementasan adalah rasionalisasi paling lemah, yaitu hanya meneruskan saja adat dan budaya tanpa ada maksud apapun di dalamnya. Rasionalisasi dari larangan melangkahi gamelan adalah takut kalau-kalau yang melangkahi nanti tersandung, jatuh, lalu merugikan diri sendiri bahkan juga “merugikan” perangkat (merusak). Rasionalisasi dari memandikan alat yang pada waktu tertentu adalah sangat sederhana: ya supaya bersih saja. Ini adalah upaya rasionalisasi yang dihubungkan dengan agama (dalih sebenarnya).

Ketika kita ingin menormalisasi persepsi kepada hal-hal yang terkait dengan kemistisan tadi, maka yang kita butuhkan adalah melalui kacamata apa kita melihat kemistisan tersebut. Misalnya dalam Islam. Rasionalisasi seperti apapun selama praktiknya masih saja berhubungan dengan hal-hal yang tidak ada dalam ajaran, maka itu membutuhkan normalisasi. Normalisasi persepsi disini berarti meluruskan akidah dan tidak melakukan apapun yang tidak perlu dilakukan. Dilihat dari kacamata pancasila, nilai gamelan yang lain akan berhubungan dengan sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam Permusyawaratan dan Perwakilan. Dari sini permainan gamelan akan mencerminkan nilai demokratis. Dalam permainan gamelan terdapat perangkat-perangkat terciptanya demokratisasi. Kendhang sebagai pemimpin dan pengendali disini terdapat peran pengaturan yang dianalogikan sebagai eksekutif. Sementara gong sebagai tanda pemberhentian atau pengawasan terhadap jalannya permainan. Gong juga berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending, dianalogikan sebagai yudikatif. Sedangkan kenong adalah legislatif yang mewakili perangkat lainnya selain kedua alat tadi. Jika dilihat dari segi ini maka rasionalisasi dari pemberian sesaji sebelum permainan dimulai adalah “pesta rakyat” atau semacam hukum negara yang harus dilaksanakan karena itu merupakan ketetapan. Rasionalisasi dari larangan melangkahi perangkat gamelan berarti larangan melangkahi hak-hak rakyat. Sementara memandikan perangkat dalam waktu-waktu tertentu artinya membuat pembaruan pada komponen trias politica tadi. Jadi normalisasi persepsi dalam segi ini tidak ada hubunganya dengan rasionalisasi yang berhubungan dengan agama tadi. Persepsi lainnya dapat juga dilihat dari segi misalnya kesehatan. Irama gamelan bisa saja menjadi terapi untuk menenangkan diri karena alunannya yang lembut, tenang, namun juga tegas. Rasionalisasi dari pembersihan perangkat pada waktu tertentu adalah untuk membuat suasana menjadi lebih bersih, mungkin saja pada saat itulah perangkat menjadi sangat kotor karena berdarsarkan teori Florence Nightingale kesehatan dapat dicapai dalam lingkungan sekitar yang bersih dan sirkulasi udara yang baik.

Masyarakat yang sepertinya kurang peduli terhadap perkembangan seni tradisional termasuk pada gamelan jawa. Seni tradisional memang nampaknya sudah mengalami pemberhentian pada titik “ketradisionalannya” karena justru disitulah letak pembeda dari seni yang lainnya. Lalu kenapa harus terus dipertahankan? Bukankah banyak hal lain yang lebih penting menyangkut kemaslahatan manusia ketimbang memperhatikan gamelan? Ternyata ini kembali lagi pada kebutuhan dasar manusia akan keindahan dan menikmati seni. Pada dasarnya manusia membutuhkan keindahan untuk dinikmati.

Kaum intelektual dengan bangga menemukan gagasan-gagasan dan pemikiran-pemikiran baru yang sangat diapresiasi oleh masyarakat karena memecahkan permasalah kontemporer. Sementara lesunya geliat kaum muda terhadap seni tradisional dibenarkan karena dalih rasionalisasi sungguh ironis.seperti kemjuan yang dicapai oleh abad pencerahan dengan menghancurkan bentuk-bentuk rasionalitas mistis yang dianggap sebagai kemunduran. Kemajuan hanya dapat dipikirkan dan dianalisis dengan mengaitkannya dengan kemunduran yang ditimbulkannya. Dengan demikian suatu teori tentang kemajuan hanya mungkin sebagai teori dialektis, artinya memahami kemajuan dengan memahami kemunduran.

Normalisasi persepsi menjadi hal penting dalam memaknai adanya gamelan jawa karena wujud rasionalisasi dapat membuat hilangnya unsur orisinalitas gamelan. Gamelan jawa sebenarnya memiliki caranya sendiri untuk mengekspresikan keunikan yang mungkin saja (saya katakan mungkin saja karena ini dari persepsi saya) tidak dapat di ubah oleh rasionalisasi apapun yaitu relativitas keindahan itu sendiri.

Hal lainnya yang berhubungan dengan rasionalisasi dan normalisasi persepsi nilai yang terkandung dalam pementasan gamelan jawa menjadi sebuah relativitas pada individu. Artinya tergantung kebutuhan individu untuk melakukan rasionalisasi dari persepsi mana ia melihat gamelan jawa. Kita tidak perlu meributkan mengenai adat atau budaya apa gamelan sehingga melahirkan banyak perdebatan seputar nilai atau sebenarnya Einstein pun lupa mancantumkan persepsi gamelan sebagai salah satu postulat relativitasnya? Entah juga.

Minggu, 12 Juni 2011

Minum Es Cendol Duren di Situ Babakan, ahhhh.... slurpppp.

Welcome back :D

so what place we are going to share nowww? here is Situ Babakan, Depok.
inih pemandangan situ dari tempat duduk kami.

kalau tidak salah "situ" artinya adalah mirip dengan danau, atau semacam waduk penampungan air yang cukup luas. Situ babakan, letaknya tidak jauh dari kota Jakarta. Tepatnya ada di daerah Depok, Jawa Barat. Kalau menggunakan kendaraan pribadi bisa belok ke kiri pas tikungan depan stasiun Lenteng Agung arah ke jalan Margonda Depok. Terus telusuri jalan sampai ada tulisan "kampung betawi situ babakan"<--kalo gak salah hehe. Tulisannya besar kok semacam gapura gitu. Tapi jangan salah, pas sampai dalam ternyata yang disebut sebagai "perkampungan betawi" ternyata cuma beberapa rumah saja. Tapi lumayan lah :D Waktu itu kami menemukan penjual es cendol durian di deretan pedagang makanan, wawww slurrrppp itu kan kesenangan ku ^_^ emang jodoh gak kemana... jauh-jauh jalan gak pernah sekalipun ketemu penjual es cendol durian, e pas lagi pengen banget tiba-tiba ada! what a fate *mata berkaca-kaca



yang gulanya udah campur punyaku, yang gula merahnya masih ngumpul di bawah punya bang iman, ah kurang ahli dia kalo urusan campur mencampur *eh apa deh :P

bisa di bilang es cendol durian ini murah looohhh cuma Rp.5000 saja. Memang sih kalo urusan rasa dia masih kalah level sama es cendol durian di depan pasar Kenari, guys kalo lewat Kenari ya ada penjual es cendol durian kaki lima yang rasanya resto banget, harganya beda sih, Rp.8000 dan komposisinya jauh lebih excelent dari yang di Situ Babakan itu, ada es cendol dengan gula merah bersantan, ketan yang legit, dan dua biji durian asli sama daging-dagingnya yang tebel dan mmmmhhhhh... yummiiii. :D pingin kan, cobain makanya.

balik lagi ke situ babakan..
sederetan situ bakalan ada tempat duduk (jadi jangan takut kehabisan) dan berbagai macam penjual makanan dari nasi sampe ciki juga ada :D

pemandangan situ pas sore hari ^_^

oia ini hasil jepretan bang Iman. Pas lagi duduk-duduk ada penjaring ikan, wahhh padahal kelihatannya di sana gak banyak deh ikannya. kerasnya kehidupan.... ckckck.


anyway selamat jalan-jalan yaaaaah, enjoy your time ^_^

Indescribable feeling.


ciuman pertama,
Itulah tegukan pertama dari cawan yang telah diisi oleh para dewa dari air pancuran cinta.
Itulah batas antara kebimbangan yang menghiburkan dan menyedihkan hati dengan takdir yang mengisinya dengan kebahagiaan.
Itulah baris pembuka dari suatu puisi kehidupan, bab pertama dari suatu novel tentang manusia.
Itulah tali yang menghubungkan pengasingan masa lalu dengan kejayaan masa depan.
Ciuman pertama menyatukan keheningan perasaan-perasaan dengan nyanyian- nyanyiannya.
Itulah satu kata yang diucapkan oleh sepasang bibir yang menyatukan hati sebagai
singgahsana, cinta sebagai raja, kesetiaan sebagai mahkota.
Itulah sentuhan lembut yang mengungkapkan bagaimana jari-jemari angin mencumbui mulut bunga mawar, mempesonakan desah nafas kenikmatan panjang dan rintihan manis nan lirih.
Itulah permulaan getaran-getaran yang memisahkan kekasih dari dunia ruang dan matra dan membawa mereka kepada ilham dan impian-impian.
Ia memadukan taman bunga berbentuk bintang-bintang dengan bunga buah delima, menyatukan dua aroma untuk melahirkan jiwa ketiga.
Jika pandangan pertama adalah seperti benih yang ditaburkan para dewa di ladang hati manusia, maka ciuman pertama mengungkapkan bunga pertama yang mekar pada ranting pohon cabang pertama kehidupan.-kahlil gibran-

jika engkau benar-benar menginginkanku jangan diulangi lagi sayang.... :)

Rabu, 08 Juni 2011

Makan Bakso di Pasar Genjing Sampe Kegenjingan (Maksudnya Kekenyangan hehehe).

Hello Guyssss... welcome back to my blog. Tempat apakah yang akan aku ceritakan pada kali ini? :D

ini dia, sebuah tempat di Jakarta Pusat, bernama Pasar Genjing. Tempat ini pada pagi hari dan siang hari hanya menampakkan penjual buah-buahan yang komplit (kelihatannya..)

Ketika langit sudah beranjak senja dan gelap melingkupi Jakarta. Daerah ini berubah menjadi jajaran tempat makan lesehan yang asoy... setiap kali melewati jalur busway dan berhenti di halte Genjing, aku selalu melihat tempat itu ramai, sangat ramaiiiii. jadi penasaran deh, tempat apasih itu? ada jajaran motor dan mobil juga yang parkir di depan sana.

ini tampilan halte Genjing dari tempat kita lesehan.

Bisa dibilang tempatnya sangat sederhana, tapi bener-bener ajib. Banyak orang yang datang dengan teman-teman sekantornya, ada juga yang bertiga seperti kakak beradik sekeluarga, atau yang berpasangan seperti kami :D

Ketika menengok ke belakang, akan terlihat taman dengan tugu pramuka seperti di atas. Tidak jarang ada anak-anak yang masih bermain bola, main karet, atau main gundu (hihihi gak ding, lagian emang kliatan gitu malem-malem :P)

Selebihnya banyak tikar kecil yang digelar di sekitar area taman dan tepi jalan dekat warung-warung penjual berbagai makanan, biasanya semakin malam akan semakin ramai. Kadang mesti ngantri juga buat nungguin yang lagi makan dan bercengkrama di situ.

mulai dari soto betawi, nasi goreng, nasi kucing, bakso, jajanan, ayam bakar, soto ceker, daaaan masih banyak lagi tersedia di sana. kalo minumannya mulai dari segala jenis minuman es sampai gepuk (jahe susu), segala jenis jamu, wedang, dan lain-lain adaaaaaaa gan :D kalo aku waktu itu makan baksonya, awalnya ragu-ragu ni bakso kayak apa ya rasanya, kadang kan ada yang pake tepung daging dan rasa buatan jadi aneh, nah pas di gigitan pertama...mmmmhhhhhhh rasanyaaaa mak nyus bangettttt, uwennnnaakkk suer, nih aja ngiler sambil nulis. Pernah juga nyobain susu jahe (disebutnya gepuk kalo gak salah) itu juga enak, hangat-hangat mangstab gitu rasanya :D

ini tempat-tempat lesehannya sebagian yang dekat sama warungnya, masih banyak lagi di tamannya.

nah ternyata pas malam masih ada yang jualan buah lho... ininih, siapa tau ada yang ngidam buah-buahan tengah malam buta.

nah... kisah cintanya... malam itu sebenernya kasihan banget sama bang iman.. dia njemput aku ke kampus setelah pulang kerja... hari itu ada latian ujian praktikum pediatrik nursing, pasti dia cape banget dari tempat kerjaannya :( setelah itu karena aku dari dulu pengen ke situ babakan, jadi kita kesana. Kebetulan juga ketemu orang jual cendol duren favorit kuuu, emang hari itu benar-benar hari aku :D

pulang dari situ babakan rencanya mau nonton di atrium tapi karena gak jadi mengingat film lagi jelek-jelek (please film holywood masuk Indonesia lagi doooong :( ) kami memutuskan pergi ke genjing, makan baso dan ngobrol-ngobrol.

kalo menurutku pembicaraan paling intim adalah malam itu, bang iman yang biasanya diam, hari itu bicara agak banyak (tapi ya aku tetep lebih banyak sih ehehehe). Aku tanya-tanya dia pernah mimpi buruk enggak? kata dia pernah.. mimpi buruk buat dia ternyata adalah kehilangan orang-orang yang dia sayangi. iks...
aku tanya dia, sebelum aku, siapa cewe yang dia sayang.. dia jawab, diceritain mulai dari sd sampe pas dia di Jepang.. hhh... kira-kira bang iman lebih sayang mana ya aku apa cewe Jepang itu...
tapi sumpah bukan itu yang bikin aku jadi melamun malam itu.. "dek kamu gak papa?" dia sampe nanya gitu pas kita mau pulang, aku jawab "ga papa bang"...
yang membuat aku diam malam itu,mmm mungkin benar itu salah satunya, tapi betapa waktu itu kami duduk dekat banget, dengan pembicaraan-pembicaraan intim yang biasanya kami sembunyikan karena mungkin saja akan melukai hati masing-masing jika menceritakan kisah cinta masa lalu. Waktu itu, wajahnya begitu dekat sama wajahku, aku sampe ga berani natap dia. Dalam hati cuma bilang...ah, dia begitu tampan... Sejak bertemu dengannya, rasanya aku jatuh dari langit matanya yang teduh. hhh Tuhan... laki-laki ini.. akan jadi siapakah dia kelak di hidupku? apakah dia akan kembali menjadi orang asing seperti dulu..? Bang, mungkin tak kan kau temukan jarak rindu dan luka. Sebab batas antara pertemuan dan perpisahan tak berpeta. ah... tidak peduli... sekarang, aku hanya ingin mengakuinya: dia kekasihku.