Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Jumat, 29 Juli 2011

Rest in peace Sam.....

Hey.. i have a story about my friend's cat... the cat named Sam, Osama in complete. lol.
He has two cats anyway, Osama and Obama, they looks concinnae each other lol.
one day obama lost... so sad. and osama..... you know where is osama? died! osama hit by a motorcycle.

i like to upload sam's picture here to make it perfectly immortal in the website while may be his body now already tobe fused with the soil...



rest in peace sam... thanks to be a very cute cat while alive in the world :'(

Senin, 25 Juli 2011

I love my grandparent :)


ini kakek ku yang dulu gagah dan tegas...
yang mengajariku menulis, menyusun balok, menggendong ku di punggungnya jika pergi kondangan bersama mbah putri... yang selalu memarahiku jika aku merengek minta mainan laki-laki. Mbah.... kangen....


ini mbah putri... namanya siti mahmudah, tapi waktu kecil aku memanggilnya mbah macan hehehe, waktu itu aku menangis berjam-jam memanggil nama mbah, tapi malah di bentak mbak kung "Mbah! mbah! mbah siapaaa? mbah macan?!" aku jawab sambil menangis,"huaaaaaaaaa, iyaaa mbah macannnn. mbaaaah" tetap mencari mbah :D
mbah pernah membuatkan aku makanan kesukaanku sejumlah bilangan usiaku saat ulang tahun, 13 buah perkedel kentang khusus untukku...
aku tidak akan pernah melupakan beliau suka sekali mengusap rambutku... memuji ku walau hanya dapat ranking 7 di kelas waktu kelas 3 SD. hhh.... mbah.. sekarang keriput dan mengalami pembesaran kelenjar di lehernya... tetap sehat ya mbah, aku sayang mbah... jangan pergi sebelum pernikahanku kelak, sebab dulu engkau selalu penasaran seperti apa suamiku kelak, aku ingin mencium tanganmu, memelukmu erat.. :')

Kontemplasi....


Perkenalkan nama ku Vinda, begitu aku dipanggil sejak lahir di sebuah desa perbatasan di Malang Selatan bernama Sumberpucung. Aku adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia tahun ajaran 2007. Perkenalkan dengan bangga, kedua orang tua ku adalah orang-orang hebat.

Tiba-tiba tadi ketika berada di dalam metromini tidak jarang aku menemui banyak sekali pengamen, penjaja minuman yang menjinjing-jinjing kaleng, hingga pengemis yang datang silih berganti mulai dari anak-anak hingga orang tua renta.
Miris rasanya dalam hati berkata “Ya Allah, Tuhan, terimakasih aku tidak perlu hidup di jalanan meskipun kedua orang tua ku orang-orang jalanan” dan betapa manisnya mencicipi pendidikan tinggi yang saat ini aku jalani.

Masih ingatkah Anda dengan konflik politik pelik yang melanda negeri ini sekitar tahun 60—70an? Kala itu pemerintah sedang melakukan strategi penghancuran ideologi komunis melalui PKI (Partai Komunis Indonesia) melalui berbagai cara. Setelah tragedi G30SPKI (Gerakan 30 September 1965 PKI), seluruh anggota PKI dan mereka yang pernah menerima bantuan PKI didata. Entah seperti apa prosedurnya, banyak diantara petinggi-petinggi PKI yang dieksekusi lalu dikubur secara masal. Sementara itu, anggota atau orang-orang kecil yang terlibat PKI dipotong daun telinganya separuh atau hanya di tandai KTP-nya (Kartu Tanda Penduduk).
Lantas apa ada hubungannya peristiwa di atas dengan aku?

Ada. Kakek dari ibuku adalah seorang anggota TNI yang waktu itu ikut menjadi penjaga dalam proses eksekusi para PKI. Sementara kakek dari Bapak adalah petani yang kala itu terdata sebagai anggota BTI (Barisan Tani Indonesia) yang merupakan bagian dari PKI. Kakek ku dari ayah adalah termasuk yang ditandai KTP-nya sebagai PKI. Kala itu, pemerintah menetapkan bahwa status ex-PKI dan keturunannya tidak diperbolehkan menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), TNI, dan POLRI. Sejak mengetahui bahwa kakek dari Bapak adalah ex-PKI, kakek dari ibu meminta supaya ibu dan Bapak bercerai saja mengingat masa depan keturunannya yang nantinya terlihat “suram”. Apalagi latar belakang pendidikan orang tua ku kala itu adalah SPG (Sekolah Pendidikan Guru) yang karirnya akan diarahkan menjadi PNS.

Tentu saja ibu ku tidak mau bercerai dengan Bapak karena waktu itupun aku baru saja lahir. Ibu dan Bapak memutuskan pergi ke Jakarta, merantau. Benar-benar datang ke kota yang sebelumnya belum pernah terpikir untuk mereka dapat bertahan di sini. Aku, yang masih bayi ternyata ditinggalkan bersama kakek dari ibu tadi. Aku paham mereka meninggalkan aku bukan karena tidak menginginkanku , tapi mereka juga khawatir dengan aku nanti jika dibawa dan kakek juga tidak mengijinkan ku dibawa. Yang terpikir oleh ku, mungkin supaya aku bisa hidup berkecukupan di sana dan tidak mendapat status keturunan PKI tadi. Klise.

Sampai aku di bangku SMP setelah era reformasi bergulir, aku mengetahui perihal ini dan aku memutuskan ingin ikut kedua orang tua ku. Dengan berbekal keberanian, aku meminta izin pada kakek untuk menemui kedua orang tua ku dan melanjutkan SMA di Jakarta. Berat hati kakek melepas ku , beliau pun berpesan agar aku tidak menyesal dan tidak ingin kembali ke rumah kakek nantinya.

Tibalah di Jakarta dengan di antar saudara. Saat itu ibu ku tidak mengenali ku. Tapi akhirnya kami berpelukan sambil menangis, beliau tidak keberatan aku tinggal bersama mereka malah sangat senang. Syukurlah...

Barulah terasa beratnya hidup di kota semacam Jakarta ini. Sekolah aku walaupun bukan sekolah negeri unggulan tapi siswa-siswanya sangat jauh dari kesederhanaan. Benar-benar berbeda dengan teman-teman ku ketika di desa dulu. Kaget sekali mendapati betapa ternyata gaya anak SMA seperti di sinetron itu ada. Tidak jarang anak-anak orang “susah” pun bergaya selayaknya anak pejabat. Kalau aku? Ya biasa-biasa saja, berusaha sebisa mungkin bergaul dengan teman-teman. Bisa dibilang waktu sekolah, di desa aku termasuk menjadi anak orang berada mengingat status kakek, tapi disini orang tua ku adalah pedagang kaki lima dengan hidup seadanya.

Itulah mengapa aku katakan mereka orang-orang hebat untuk ku. Mereka datang ke Jakarta benar-benar dari nol dan masih bertahan di kota ini hingga saat ini. Mereka pernah mengontrak di satu ruangan kamar di daerah Slipi, Jakarta Barat, yang dulu bahkan nyaris kebakaran. Mereka tidak berani untuk memiliki anak lagi, entah mungkin trauma dengan status keturunan PKI. Itulah mengapa aku jadi anak tunggal.

Aku bangga karena mereka akhirnya bisa mengidupi diri dan mengidupi ku tanpa memberatkan pemerintah yang memang sulit memberikan lapangan pekerjaan formal untuk mereka. Aku bangga akhirnya mereka tidak jadi PNS yang menerima gaji pemerintah. Mereka telah membayar lunas tuntutan pemerintah kala itu yang tidak mengizinkan mereka menjadi PNS. Mereka mandiri walaupun dengan penghasilan pas-pasan. Pas untuk makan dengan sederhana.

Biaya sekolah sejak SMA tertutupi karena waktu itu Alhamdulillah aku mendapat peringkat pertama di SMA sehingga mendapat beasiswa dari Bank DKI. Tuhan benar-benar baik.
Lulus SMA aku punya niat yang sangat besar untuk kuliah. Ibu sering bercerita beliau sering mimpi sedang bersekolah tapi ada saja perlengkapan sekolahnya yang tertinggal katanya. “Apa ini karena ibu pengen banget kuliah ya Vin, hehehe”. Ahh.... betapa aku juga ingin bu, dalam hati.

Aku memutuskan mengikuti SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun yang sama dengan kelulusan ku. Aku tahu bila sudah masuk ke perguruan tinggi negeri nanti pasti banyak cara untuk bertahan, aku yakin tidak akan dikeluarkan hanya karena tidak punya uang. Tapi aku tahu aku kurang siap dan memilih jurusan “dewa” yang sulit-sulit. Sempat menyesal juga mengapa aku tidak berkaca diri dulu saat memilih jurusan di tahun pertama itu. Akhirnya aku mengisi waktu luang menunggu SPMB tahun berikutnya dengan membantu orang tua aku menyiapkan dagangan, mereka berjualan es tebu di pinggir jalan percetakan negara pada pagi hari. Siang harinya aku mengajar privat anak seorang rektor perguruan tinggi swasta yang saat itu duduk di bangku kelas 3 SMA. Benar-benar sulit dipercaya, waktu itu aku memberanikan diri mengajar siswa-siswa kelas 3 SMA sementara aku juga baru saja lulus SMA. Dapat gajinya lumayan, bisa ditabung untuk siap-siap kuliah tahun depan.

Ketika menjelang SPMB tahun berikutnya aku benar-benar belajar lagi. Setiap hari tidak lepas dari buku-buku pembahasan soal. Sampai tertidur pun masih menggenggam pensil diantara buku-buku yang berserakan. Lucunya aku juga sampai mimpi mengerjakan soal-soal itu. Aku benar-benar berdoa supaya aku bisa kuliah. “Bu, ibu pengen aku masuk jurusan apa?” “Ibu pengen kamu jadi bidan nak... biar bisa buka praktik.”. Dalam hati “Mana ada bu jurusan kebidanan di SPMB-kan”.

Akhirnya aku mencari informasi tentang test akademi kebidanan negeri, ternyata ada dua pilihan akademi di RSCM atau di RS Persahabatan. Tapi pembayarannya sekitar lebih dari tiga belas juta rupiah dan katanya tidak bisa di cicil. “Bu, bagaimana ini?????”. Sedih.
Suatu ketika menjelang pengisian jurusan, ibu bilang, dulu beliau pernah ingin didaftarkan ke akademi keperawatan. Tetapi waktu itu berat badan ibu tidak mencukupi sehingga tidak lulus seleksi, makanya beliau didaftarkan ke SPG oleh kakek. Baiklah. Akhirnya aku menemukan jurusan yang akan ku pilih, Keperawatan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, itu pilihan ku. Sebenarnya ada perguruan tinggi negeri yang lebih dekat dengan rumah (hanya dua kali naik kendaraan umum), yaitu UNJ (Universitas Negeri Jakarta). Aku tetap memilih Universitas Indonesia karena di UNJ tidak ada jurusan keperawatan dan UI terdengar lebih “wah”.

Akhirnya ketika pengumuman kelulusan SPMB aku diterima di sana. Orang tua ku sangat bangga sampai-sampai memajang koran kelulusan yang bertuliskan nama ku dirumah. “Nanti ini harus kamu kasih tau ke anak kamu biar dia tau orang tuanya hebat”, kata Bapak dengan mata berbinar-binar. Aku senyum-senyum saja tidak mengatakan kepada mereka bahwa aku sebenarnya agak kecewa karena itu pilihan kedua ku, pilihan pertama tetap pilihan tahun lalu yang tidak dapat ku capai. Tapi tetap bersyukur. Mungkin ini sudah jalan-Nya.

Memasuki kuliah, aku ternyata sangat payah. Setiap hari harus pulang pergi Jakarta-Depok dengan rute angkot terkadang bus transjakarta lalu dilanjutkan Kereta Api Listrik (KRL). Pergi pagi-pagi sekali dan pulang sering kali larut malam. Di sela kegiatan kuliah aku aktif di berbagai organisasi di kampus. Ketika kegiatan organisasi agak longgar aku mengambil jadwal kerja untuk mengajar di sebuah bimbingan belajar. Kala itu, aku merasa menjadi mahasiswa yang seharusnya tidak dicontoh. Aku nyaris tidak pernah belajar, sisa waktu hanya untuk mengerjakan tugas. Waktu lainnya habis untuk organisasi dan mencari uang. Aku seperti mahasiswa yang kehilangan orientasi belajar. IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) sangat standar bahkan pada semester 2—3 bisa dikatakan kurang baik. Sempat terpikir untuk keluar dan mencari universitas biasa yang dekat rumah dan murah sehingga aku bisa kuliah sambil bekerja. Tapi untungnya niatan aku tidak pernah menemui takdirnya.

Suatu ketika aku pulang kerumah agak sore. Aku mendapati selembar kertas peringatan kelurahan untuk tidak berdagang di jalanan lagi karena Jakarta ingin menang dalam lomba adipura. Aku paham, pedagang kecil di jalanan pasti dianggap “pengotor” sehingga harus di singkirkan. Betapa aku marah dan ingin berkata-kata kotor menghujat pemerintah waktu itu. Semakin sakit hati aku melihat ibu dan Bapak sibuk mengangkut barang dagangan dan meja karena ada satpol PP (Polisi Pamong Praja). Hari itu mereka tidak berjualan, sampai berminggu-minggu.

Aku melakukan kontemplasi, perenungan diri. Betapa aku telah menyia-nyiakan diri jika aku tidak bisa membuat perbaikan untuk kedua orang tua aku dan generasi ku yang akan datang. Akhirnya aku memutuskan untuk resign dari beberapa organisasi di kampus. Aku mulai belajar dengan serius. Aku lawan rasa kantuk dan letih sepulang kuliah untuk memperbaiki tugas-tugas kampus dan belajar. Akhirnya hal itu menuai hasil. Beberapa kali setelahnya aku mencapai indeks prestasi cumlaude (IP lebih dari 3.5) dan itu cukup memperbaiki IPK ku. Aku juga menjadi finalis mahasiswa berprestasi di fakultas dan pada tahun yang sama mendapat penghargaan sebagai pengajar terbaik untuk seluruh cabang di Indonesia di bimbingan belajar tempat aku bekerja. Alhamdulillah lagi. Senang.

Aku juga mencoba apply beasiswa subsisi BBM pada semester 5 dan semester 7 beralih ke beasiswa yang lebih mengakomodasi kebutuhan ku yaitu KSE (Karya Salemba 4). Aku mulai mengurangi aktivitas mengajar ketika memasuki masa-masa pembuatan riset sebagai syarat kelulusan di program sarjana. Beasiswa KSE benar-benar membantu ku memenuhi kebutuhan yang seharusnya aku perjuangkan. Biaya riset yang tidak sedikit juga terbantu dengan adanya KSE. Saat ini aku sedang mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang profesi untuk mendapatkan gelar “Ners”. Ternyata waktu berlalu begitu cepat. Sebentar lagi aku akan mendudukkan kedua orang tua ku di suatu gedung bernama Balairung Universitas Indonesia, tempat dimana aku akan di wisuda. Mungkin saat itu aku akan menangis sambil mencium tangan kasar pekerja milik Bapak dan ibu ku. Aku menyayangi mereka. Mereka menjadi alasan ku harus survive dan terus menjadi lebih baik. Mereka menjadi alasan buat aku ketika merasa terpuruk dan sulit bangkit. Semoga Allah pun menjadikan aku sebagai salah satu alasan kebahagiaan buat mereka. Ini baru awal..... masih banyak yang harus diperjuangkan. Semangat!

Sabtu, 23 Juli 2011

Memikirkan masa depan. Menata ulang rencana-rencana. Hatiku berderik, melumerkan kebekuan ego yang maha pelik.

Ya Allah.... mudahkah segala jalan yang ku pilih...
jika aku tidak tau harus kemana melangkah tolong berikan petunjuk-Mu dengan cara yang mudah aku rengkuh...
bertemu dengannya, mencoba memantapkan hati untuknya.. apakah itu sebanding? apakah dia bisa diandalkan untuk dimantapi? apakah bisa terus atau harus patah lagi?
Memikirkan masa depan. Menata ulang rencana-rencana. Hatiku berderik, melumerkan kebekuan ego yang maha pelik.
ketika sekarang aku harus memulai yang baru, menata rencana jangka panjang, memasukkannya ke dalam rencana-rencanaku, apakah aku juga harus mengalah pada kemauan bapakku? entahlah. tapi ini hidupku.

Pelatihan di Bandung.

ummm kisah ini bermula ketika beberapa waktu yang lalu aku diterima jadi enumerator rumah sakit untuk riset fasilitas kesehatan dari dinas kesehatan Jakarta.
Tibalah saatnya pelatihan di Bandung 4 hari. Waktu itu pelatihan di Hotel Panghegar Bandung. wah.. tempatnya lumayan juga. <-- yaiyalah secara gratis hahaha hari itu pagi-pagi buta sudah siap semua setelah sholat subuh, tas jinjing, tas punggung isi laptop udah komplit, tinggal diantar bapak sama si black jelek :'>

nah, jadilah nyampe di stasiun pagi itu pukul 5.30an sementara kereta agro parahyangan yang pagi itu pukul 5.45. Pertama shiva yang rumahnya paling jauh nyampe duluan, terus aku, trakhir tyas. Bangku kelas bisnis lumayan... lumayan keras ahahaha aku sama shiva aja pas bangun tidur langsung bilang bareng "badanku sakit" tapi enak kok, lumayan lah ku bilang, bersih, kacanya bening, pemandangannya bagus "oh kalo itu bukan termasuk pelayanan kereta ding" hihii :D

nyampe di sana udah pulul 8.41 sambil tenteng2 tas ini:
berat banget berasa bawaan mudik (padahal kan cuma 4 hari) udah gitu masa tas bagus2 begini dikatain tukang kain sama si tyas... emang dasar durhaka tu anak.

kegiatan pas pelatihan lumayan panjang juga seharian mulai jam 8 selesai bahkan pernah sampai jam setengah 12 malam mbahas kuesioner. waktu itu aku sama Afriani ti nurbaya, zuni, dan teman-teman yang lain tergoda untuk berenang malam-malam buta begitu setelah menyentuh airnya yang ternyata hangat!
tapi pas baru nyebur sekitar 15 menit tiba-tiba gluteusku kram. hah! ini karena gak pemanasan dulu sih tadi, akhirya aku mentas (keluar dari kolam). Berjalan terjinjit-jinjit menuju ke kamar meninggalan teman-teman yang masih haha hihi haha hihi membicarakan para staf hotel yang ganteng-ganteng.

ahhh sesampainya di kamar, nyalain air hangat, berendamm asikkkkk. tapi upsss.. air hangat agaknya meningkatkan gairah --" gairah apaan coba! ya maklum lagi melemaskan gluteus di air hangat yang nyaman sambil sms-an sama bang iman.. wahh tambah nyaman lah. :P

oia sarapan paginya enak... salad, sereal, pancake, lontong sayur, nasi goreng, roti, jus, susu, semuaaaaaaaa udah aku icip satu2 heheheheee, jadi inget dulu pas di hotel Banjarmasin Internasional. sama enaknya... emanglah semua yang gratisan itu enak hahaha

baiklah.. pulang-pulang naik berat badan 2 kg! bagaimana bisa.. padahal disana aku sudah menghindari nasi! tapi makan daging2an doang ahaahah sama sayur lahhh, aku kan penggila sayur (tapi kalo masaknya bener yaaa). sebelum pulang tidak lupa beli Brownies di kartika sari, beli 1 cake sale keju dan 1 brownies kukus buat ibu, dan satu yang paling special brownies keju buat ibu bang iman (sengaja pilih yang paling special dan ssssttt paling mahal. maklum kiriman pertama hehehehehe), terusss beli sale dua bungkus buat temen-temen bang iman, satu lagi buat temen-temenku, oh iya sama dodol wijen buat Pijoh, soalnya dia udah ngurusin foto ijazah selama aku di Bandung. ya Alloh berilah kecukupan rizki supaya bisa menyenangkan orang lebih banyak lagi (baca: beli oleh2 lebih banyak. hahahahahahaaaa)

well ini foto-foto teman fik yang jadi enumerator rumah sakit juga.. :)

Selasa, 05 Juli 2011

Kimi no kisu......

私はキスを決して忘れないだろう。