Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)
RSS

Rabu, 21 September 2011

Catatan profesi hari ke-3

Hari ini bangun tepat waktu, sampai stasiun Cikini juga tepat waktu. Ahhh tapi kereta tidak! Padahal janji sama kelompok Kelurahan Pasir Gunung Selatan jam 8 teng tong. Belum lagi si Uut yang dari kelompok RW 7 telat sedetik naik kereta ekonomi yang aku tumpangi. Jadilah kita bedagilan (haha bahasa apa itu) lari-lari ke jalan margonda. Pasca itu, di angkot ternyata ada bapak-bapak ngerokok dan rrrrhhhh macet. Lengkaplah sudah penderitaan kami.

Meski telat ternyata kelompok RW 7 dan RW 13 (aku masuk kelompok RW 13) masih ngetem di deket gapura arah masuk RW masing-masing. RW 13 sudah ada Pak Adi Bradon Sagala, Ibu Rohayati alias Bu Iroh, Titin titin titin, tina, eka, Indah PS Koto, emi, puput dan tinggal aku yang belum datang. Sementara di kelompok RW 7 yang ngaret ada Uut sama Hanna. Haha

Setelah berkumpul di warung tenda kosong itu, Bu H (ketua PKK RT1) dan sekaligus pengurus di kelurahan datang dengan motor plat merahnya untuk mengantar kami ke masing-masing ketua RW. Yang pertama diantar ternyata kelompok RW 7 dan kita nunggu lagi lah. BTW anak-anak RW 7 banyak yang bawa motor tajir ah.

Akhirnya setelah jamuran, kumisan, dan berlendir (deskripsi random abis). Kami diantar juga ke rumah salah satu toma (tokoh masyarakat) bernama ibu T. Ternyata pendekatan melalui toma lebih bisa di terima di masyarakat sana daripada langsung ke tokoh struktural (pak RW). Kami kemudian mengikuti sebutan Ibu H untuk Ibu T, yaitu kepala suku. Hohohoho

Lumayan serem nih ibu, aura berkuasa memang ada. Kami sebagai tamu yang akan “menjajah” daerah itu selama kurang lebih 9 minggu mesti sangat hati-hati menjaga hatinya. Tersinggung dikit bisa abis riwayat kami di sana.

Lumayan lah datang2 disuguhin teh kemasan. Terus ngobrol lala lili lulu baru kami menyampaikan tujuan kedatangan kami, kontrak waktu, dan sekalian wawancara untuk keperluan pengkajian winshield survey. Bu H dan Bu kepala suku ternyata sama-sama sedang terbakar api kekuasaan saat itu dari pembicaraan mereka. Mereka menceritakan bagaimana ada pihak luar (bidang kesehatan) yang berusaha masuk daerah itu tapi mereka tidak suka. Dari pembicaraan tersebut aku bisa menangkap bahwa ibu kepala suku dan ibu H sedang berusaha membuat pencitraan lebih kuat bahwa mereka memang berkuasa di daerah itu dan menentukan siapa yang boleh mengintervensi daerah tersebut.

Ibu kepala suku kemudian merekomendasikan rumah kosong pak RW untuk nanti menjadi posko kami, tapi ada beberapa opsi memang, salah satunya rumah kontrakan bedeng bu rasa roso (bukan nama sebenarnya: red) seharga 500 ribu perbulan belum listrik dan air yang mesti patungan rata sama bedeng lain. Wew.

Untuk menunggu surat kami dari kelurahan jadi, hari ini kami speak speak nya winshield survey dulu ke empat RT yang ada di wilayang RW 13. Rumah-rumah di sana kebanyakan besar dan berpagar, timbul pertanyaan lagi, apa kami bisa menembus mereka nanti untuk jadi keluarga binaan?
Selanjutnya setelah surat kami datang (kebetulan diantar kakak S2 aplikasi) ke Bu T atau ibu kepala suku, kami meluncur ke tempat Pak RW yang ternyata juga kepala sekolah SD X (baca: ex) yang baru pulang dari kerjaannya. Setelah orientasi penjelasan panjang lebar (lagi) emang mesti sabar kalo di komunitas semua pengen tau, kita penjelasan mesti detail dan butuh waktu. Kami pun dipersilahkan menuju ke RT masing-masing dan melihat posko rekomendasi yaitu diiiiiiiiiii perpustakaan sekolah -___-

Ternyata perpustakaan sekolah dipakai latihan gamelan sampai tanggal 29 September, ah mana bisa kami diskusi dan baring baring di sana nanti (ahahha baring baring). Terusss balik lagi ke ibu kepala suku minta rekomendasi lain, dapatlah tadi tu rumah kontrakan bu rasa roso. Tapi belum fix sih sampe hari ini kita mau pake itu atau enggak.
Selanjutnya ketemu pak RT 1, 2, 3, dan 4. Cuma pak RT 1 yang belum kami orientasi, entah kemana rumahnya seperti rimba tak berpenghuni (halah). Mungkin besok kami ke sana lagi. Hhh.. padahal harusnya kami sudah dapat keluarga untuk binaan seperti mahasiswa lain di kelurahan tugu yang nempatin sama kayak tahun lalu.

Pulaaaaaaaaaaaang. Naik kereta bareng Bu Iroh. Ternyata beliau punya masalah yang sama dengan aku waktu dia masih sama calon suami alias pacarnya. Sama dengan aku dan bang iman.... ahhh... jadi inget lagi, sedih. Tapi ternyata bu iroh membuktikan, jodoh tak kemana. Suatu saat nanti aku buat kisah khusus untuk cerita bu Iroh ini. Tapi aku sekarang yakin, ketika kita sudah tawakal dan pasrahkan semua pada Allah, atau bahkan kita menyerah tanpa iman akan ketetapannya... pada saat itu Allah buktikan, Dia punya cara... ya, hanya Dia.

Semoga hari ini menjadi satu lagi petunjuk dari Allah atas doa-doa ku... semoga harapan demi harapan yang Dia tunjukkan adalah petunjuk.

Allah, aku menyerah dengan iman.. aku tawakal pada-Mu. Mau Kau bawa kemana takdir hidupku.. Aku yakin kelahiran, kematian, rejeki, jodoh, dan kebahagiaan semua sudah Kau gariskan. Saat ini ikhriar ku adalah usaha mempertegas garis-Mu yang masih kabur.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar